Senin, 14 Juni 2010

It's our love story | Part 10

Posted by Arimbi's Story at 23.03
Di kamar Alvin

Alvin yang sedaritadi sangat senang, memutuskan untuk memberitahukan hal ini pada Rio. Ia mencari kontak dengan nama Rio, lalu menekan tombol call.

Di Rumah Rio

Acha sedang berada dirumah Rio. Acha dan Ozy sedang menonton dvd yang baru dibeli Rio. Film ‘Christmas Carol’. Bareng Rio juga. Tiba-tiba handphone Rio berbunyi. ‘Alvin?’ Batinnya. Ia pun beranjak dari sofa, menjauhi ruang keluarga dan segera mengangkatnya telepon dari Alvin.

“Iya Vin?”
“Yo! Lo pasti ngga bakal nyangka deh.”
“Apaan?”
“Gue balikan sama Zahra!”
“Serius? Lo balikan sama Zahra, Vin?” Omongan Rio sangat keras, hingga Acha dan Ozy dapat mendengarnya.
“Iya tadi gue nembak Zahra terus langsung diterima.”
“Wahh bagus deh.”
“Yaudah deh, Yo. Gue cuma mau kasih tau itu aja. Bye.”

“Alvin udah berhasil balikan sama Zahra. Kalau gitu, gue juga harus bisa jadian sama Ify. Besok hari libur kan? Gue aja Ify jalan, ah.” Ujar Ify dalam hati. Rio memutuskan untuk sms Ify.

To : Ify (sahabat kecil)
Fy, besok kan libur. Jalan yuk ^^

Tak lama kemudian, sms balasan dari Ify datang.

From : Ify (sahabat kecil)
Boleh deh, gue lagi ngga ada kerjaan nih.

Rio membalas lagi.

To : Ify (sahabat kecil)
Oke deh, besok pagi ketemuan di Our Cafe ya jam 10.

Balasan dari Ify datang lagi

From : Ify (sahabat kecil)
Sip sip

‘Akhirnya jalan juga gue sama Ify!’ dengan gembira, Rio kembali ke ruang keluarga, tempat Acha dan Ozy yang masih asik menonton film. Tampak wajah Acha yang kesal karena mendengar kabar bahwa Alvin balikan dengan Zahra. Ozy masih tidak percaya dengan yang tadi dibilang Rio, dia langsung bertanya.

“Ka. Ka Alvin balikan sama Ka Zahra?” Tanya Ozy.
“Yoi. Asik banget ya.” Telinga Acha terasa panas mendengar itu. Ia putuskan untuk segera pulang. Ia kesal dengan Ozy, karena Ozy bilang Ka Alvin dan Ka Zahra cuma mantanan, tapi sekarang malah balikan.
“Ka Rio, Ozy, Acha pulang ya. Capek.” Acha menuju pintu depan rumah. Rio heran. Ozy menghampiri Acha.
“Kenapa, Cha? Lo sakit?”
“Jangan pura-pura ngga tau deh, Zy!!” Bentak Acha.
“Gue emang ngga tau.”
“Lo bilang Ka Alvin cuma mantanan sama Ka Zahra, kok sekarang bisa balikan?”
“Yahh gue ngga tau, Cha.”
“Lo udah bohongin gue, Zy. Gue ngga mau main sama lo lagi.” Kini Acha benar-benar pulang. Ozy tak mampu menahannya. Ia memutuskan untuk ke kamarnya, melewati Rio yang masih menonton film.
“Acha kenapa, Zy?” Tanya Rio.
“Ini semua gara-gara lo, Ka!! Ngapain lo teriak-teriak ngasih tau Ka Alvin balikan sama Ka Zahra? Udah tau Acha suka sama Ka Alvin! Ngga punya perasaan lo, Ka! Sekarang Acha marah banget sama gue, dia bilang gue pembohong. Puas lo!” Ozy berlari menuju ke kamarnya. Mengunci pintu, sendirian didalam heningnya suasana.
“Zy.. maafin gue.” Rio berteriak dari luar kamar Ozy.
“Udah telat, Ka, permintaan maaf lo!”

Rio merasa sangat bersalah. Tapi tadi Ia benar-benar lupa kalau ada Acha, yang suka dengan Alvin disana. Rio pergi ke ruang keluarga, mematikan dvd player, dan merenungkan perkataan Ozy padanya.

Keesokan harinya

Rio sudah bersiap-siap untuk jalan bersama Ify. Memang, masih ada 1 jam lagi dari waktu yang dijanjikan. Tapi Ia tak mau terlambat dihari penting bagi kelangsungan kisah cintanya itu.

‘Oke, gue udah keren. Baju oke, muka? Pastilah oke banget.’ Rio sedang bercermin di dalam kamarnya.
Rio melihat jam tangan yang melingkar ditangannya, dan masih menunjukkan pukul 09.03.

‘Gue kepagian nih. Oh iya! Gue kan belum ngasih tau Alvin. Telepon, ah!’

“Ku tak akan bisa….” Dering tanda telepon masuk di handphone Alvin berbunyi. Kebetulan, Alvin masih tidur. Dengan mata yang masih tertutup, dan jiwa yang masih melayang, Alvin meraba-raba letak handphone nya yang tergeletak di tempat tidur. Lalu mengangkatnya tanpa melihat nama si penelepon.

“Hallo.” Kata Alvin, masih dengan mata tertutup.
“Hey, Vin! Denger deh, gue punya kabar yang bagus!”
“Hah, kabar apa, Ray? Lo udah baikan sama Sivia? Wah bagus deh kalau gitu.”
“Ray? Sivia? Apaan sih, Vin! Gue Rio! Sadar dong, aduuuhh.”
“Rio? Rio siapa? Gue ngga pernah punya temen yang namanya Rio ah.”
“Vin? Mario Stevano yang ganteng itu, lho.”
“Mario? Ganteng? Yailah masih gantengan Alvin Jonathan, lah!”
“ALVIIIINNNNNN!!!” Rio berteriak di telepon. Seketika itu Alvin sadar.
“Hah, Rio? Ngapain sih lo telepon gue main teriak-teriak aja!”
“Sabar, Yo. Sabar…”
“Apaan sih, sabar-sabar?”
“Heh, lo ya! Tadi lo bilang gue Ray! Terus malah numpang narsis! Bad mood duluan deh gue belom cerita ke lo.”
“Sorry, Yo. Gue tadi masih tidur. Hehe Rio sayaaaangg maafin ya.”
“Huhu Alvin ngeselin. Rio males sama Alvin ah!”
“Yah, sayang kok ngambek gitu sih?”
“Kamu duluan yang bikin aku ngambek, Yang.”
“Yaudah maafin yaaa.”
“Hhhh oke deh Alvin sayang. Udah ah, gue masih normal, Vin!”
“Iya ilah, gue juga udah punya cewe kali, mana demen sama lo. Bercanda doang. Terus mau cerita apaan?”
“Oke, oke. Nih ya, Vin. Gue berhasil ngajak Ify jalan!”
“Serius? Wahhh selamat yaaa, Yo.”
“Makasih, Vin. Tapi lo ngga cemburu kan?”
“Cemburu? Gue kan udah punya Zahra. Ngapain cemburu.”
“Oh gitu yaudah deh, Vin. Gitu aja kok.”
“Yaudah gih, gue mau tidur lagi. Byeee.”

Alvin memutus teleponnya terlebih dahulu. Dan langsung terlelap lagi. Sedangkan Rio? Lagi marah-marah, karena teleponnya langsung diputus sama Alvin.

‘Jam berapa nih? Ya ampun udah jam 09.30! berangkat deh!’

Rio keluar dari kamarnya, menuruni tangga rumahnya menuju ke lantai dasar. Kedua orang tua Rio sedang pergi, jadi rumah sangat sepi. Ozy masih mengurung diri di dalam kamar. Rio ke kamar Ozy dahulu, yang terletak di lantai dasar. Rio pun mengetuk pintu kamar Ozy, tapi tak ada jawaban.

“Ozy.. Jangan di kamar terus dong.” Teriak Rio yang berada di depan pintu kamar Ozy.
“Zy.. Jangan marah lagi, ya. Maafin gue.”
“Zy? Gue boleh usul ngga? Lo mending ke rumah Acha deh. Lo jelasin semuanya. Tentang perasaan lo ke dia. Sampein permintaan maaf gue juga ya, Zy.”

Masih tidak ada jawaban. Rio pikir, Ozy masih tidur. Padahal Ozy sudah bangun, tapi sedang tiduran di tempat tidur.

“Gue berangkat, Zy.” Rio keluar dari rumahnya dengan membawa kunci motor di tangannya.

Terdengar suara mesin motor dinyalakan. Samar-samar, suara itu menghilang dan terus menghilang hingga tak terdengar lagi. Sang pemilik motor kini telah pergi menuju ke tempat janjian. Sedangkan Ozy masih tiduran dikamarnya. Memikirkan Acha yang kini marah padanya, perasaannya pada Acha yang makin terpendam, dan Rio, kakaknya yang merasa bersalah.

‘Bener kata Ka Rio, gue harus jelasin semuanya ke Acha!’

Ozy lalu memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur menuju ke kamar mandi. Bersiap-siap menuju rumah Acha.


*****

‘Ify.. mana ya? Nah itu dia!’ Rio menghampiri Ify yang sedang duduk, sedaritadi hanya melirik kearah jam ditangannya.
“Hey, Fy. Maaf ya gue telat.” Rio duduk dihadapan Ify.
“Ngga, kok. Gue juga baru aja dateng.”
“Oh hehe yaudah pesen makanan dulu deh. Biar enak ngobrolnya. Habis ini, kita jalan ke tempat lain ya.”
“Kemana?”
“Lo maunya kemana?” Rio balik bertanya.
“Sebenenya sih gue mau cari novel, Yo. Hehe.”
“Boleehhh, sip habis ini ke toko buku ya.”

0 comments on "It's our love story | Part 10"

Posting Komentar

Senin, 14 Juni 2010

It's our love story | Part 10

Di kamar Alvin

Alvin yang sedaritadi sangat senang, memutuskan untuk memberitahukan hal ini pada Rio. Ia mencari kontak dengan nama Rio, lalu menekan tombol call.

Di Rumah Rio

Acha sedang berada dirumah Rio. Acha dan Ozy sedang menonton dvd yang baru dibeli Rio. Film ‘Christmas Carol’. Bareng Rio juga. Tiba-tiba handphone Rio berbunyi. ‘Alvin?’ Batinnya. Ia pun beranjak dari sofa, menjauhi ruang keluarga dan segera mengangkatnya telepon dari Alvin.

“Iya Vin?”
“Yo! Lo pasti ngga bakal nyangka deh.”
“Apaan?”
“Gue balikan sama Zahra!”
“Serius? Lo balikan sama Zahra, Vin?” Omongan Rio sangat keras, hingga Acha dan Ozy dapat mendengarnya.
“Iya tadi gue nembak Zahra terus langsung diterima.”
“Wahh bagus deh.”
“Yaudah deh, Yo. Gue cuma mau kasih tau itu aja. Bye.”

“Alvin udah berhasil balikan sama Zahra. Kalau gitu, gue juga harus bisa jadian sama Ify. Besok hari libur kan? Gue aja Ify jalan, ah.” Ujar Ify dalam hati. Rio memutuskan untuk sms Ify.

To : Ify (sahabat kecil)
Fy, besok kan libur. Jalan yuk ^^

Tak lama kemudian, sms balasan dari Ify datang.

From : Ify (sahabat kecil)
Boleh deh, gue lagi ngga ada kerjaan nih.

Rio membalas lagi.

To : Ify (sahabat kecil)
Oke deh, besok pagi ketemuan di Our Cafe ya jam 10.

Balasan dari Ify datang lagi

From : Ify (sahabat kecil)
Sip sip

‘Akhirnya jalan juga gue sama Ify!’ dengan gembira, Rio kembali ke ruang keluarga, tempat Acha dan Ozy yang masih asik menonton film. Tampak wajah Acha yang kesal karena mendengar kabar bahwa Alvin balikan dengan Zahra. Ozy masih tidak percaya dengan yang tadi dibilang Rio, dia langsung bertanya.

“Ka. Ka Alvin balikan sama Ka Zahra?” Tanya Ozy.
“Yoi. Asik banget ya.” Telinga Acha terasa panas mendengar itu. Ia putuskan untuk segera pulang. Ia kesal dengan Ozy, karena Ozy bilang Ka Alvin dan Ka Zahra cuma mantanan, tapi sekarang malah balikan.
“Ka Rio, Ozy, Acha pulang ya. Capek.” Acha menuju pintu depan rumah. Rio heran. Ozy menghampiri Acha.
“Kenapa, Cha? Lo sakit?”
“Jangan pura-pura ngga tau deh, Zy!!” Bentak Acha.
“Gue emang ngga tau.”
“Lo bilang Ka Alvin cuma mantanan sama Ka Zahra, kok sekarang bisa balikan?”
“Yahh gue ngga tau, Cha.”
“Lo udah bohongin gue, Zy. Gue ngga mau main sama lo lagi.” Kini Acha benar-benar pulang. Ozy tak mampu menahannya. Ia memutuskan untuk ke kamarnya, melewati Rio yang masih menonton film.
“Acha kenapa, Zy?” Tanya Rio.
“Ini semua gara-gara lo, Ka!! Ngapain lo teriak-teriak ngasih tau Ka Alvin balikan sama Ka Zahra? Udah tau Acha suka sama Ka Alvin! Ngga punya perasaan lo, Ka! Sekarang Acha marah banget sama gue, dia bilang gue pembohong. Puas lo!” Ozy berlari menuju ke kamarnya. Mengunci pintu, sendirian didalam heningnya suasana.
“Zy.. maafin gue.” Rio berteriak dari luar kamar Ozy.
“Udah telat, Ka, permintaan maaf lo!”

Rio merasa sangat bersalah. Tapi tadi Ia benar-benar lupa kalau ada Acha, yang suka dengan Alvin disana. Rio pergi ke ruang keluarga, mematikan dvd player, dan merenungkan perkataan Ozy padanya.

Keesokan harinya

Rio sudah bersiap-siap untuk jalan bersama Ify. Memang, masih ada 1 jam lagi dari waktu yang dijanjikan. Tapi Ia tak mau terlambat dihari penting bagi kelangsungan kisah cintanya itu.

‘Oke, gue udah keren. Baju oke, muka? Pastilah oke banget.’ Rio sedang bercermin di dalam kamarnya.
Rio melihat jam tangan yang melingkar ditangannya, dan masih menunjukkan pukul 09.03.

‘Gue kepagian nih. Oh iya! Gue kan belum ngasih tau Alvin. Telepon, ah!’

“Ku tak akan bisa….” Dering tanda telepon masuk di handphone Alvin berbunyi. Kebetulan, Alvin masih tidur. Dengan mata yang masih tertutup, dan jiwa yang masih melayang, Alvin meraba-raba letak handphone nya yang tergeletak di tempat tidur. Lalu mengangkatnya tanpa melihat nama si penelepon.

“Hallo.” Kata Alvin, masih dengan mata tertutup.
“Hey, Vin! Denger deh, gue punya kabar yang bagus!”
“Hah, kabar apa, Ray? Lo udah baikan sama Sivia? Wah bagus deh kalau gitu.”
“Ray? Sivia? Apaan sih, Vin! Gue Rio! Sadar dong, aduuuhh.”
“Rio? Rio siapa? Gue ngga pernah punya temen yang namanya Rio ah.”
“Vin? Mario Stevano yang ganteng itu, lho.”
“Mario? Ganteng? Yailah masih gantengan Alvin Jonathan, lah!”
“ALVIIIINNNNNN!!!” Rio berteriak di telepon. Seketika itu Alvin sadar.
“Hah, Rio? Ngapain sih lo telepon gue main teriak-teriak aja!”
“Sabar, Yo. Sabar…”
“Apaan sih, sabar-sabar?”
“Heh, lo ya! Tadi lo bilang gue Ray! Terus malah numpang narsis! Bad mood duluan deh gue belom cerita ke lo.”
“Sorry, Yo. Gue tadi masih tidur. Hehe Rio sayaaaangg maafin ya.”
“Huhu Alvin ngeselin. Rio males sama Alvin ah!”
“Yah, sayang kok ngambek gitu sih?”
“Kamu duluan yang bikin aku ngambek, Yang.”
“Yaudah maafin yaaa.”
“Hhhh oke deh Alvin sayang. Udah ah, gue masih normal, Vin!”
“Iya ilah, gue juga udah punya cewe kali, mana demen sama lo. Bercanda doang. Terus mau cerita apaan?”
“Oke, oke. Nih ya, Vin. Gue berhasil ngajak Ify jalan!”
“Serius? Wahhh selamat yaaa, Yo.”
“Makasih, Vin. Tapi lo ngga cemburu kan?”
“Cemburu? Gue kan udah punya Zahra. Ngapain cemburu.”
“Oh gitu yaudah deh, Vin. Gitu aja kok.”
“Yaudah gih, gue mau tidur lagi. Byeee.”

Alvin memutus teleponnya terlebih dahulu. Dan langsung terlelap lagi. Sedangkan Rio? Lagi marah-marah, karena teleponnya langsung diputus sama Alvin.

‘Jam berapa nih? Ya ampun udah jam 09.30! berangkat deh!’

Rio keluar dari kamarnya, menuruni tangga rumahnya menuju ke lantai dasar. Kedua orang tua Rio sedang pergi, jadi rumah sangat sepi. Ozy masih mengurung diri di dalam kamar. Rio ke kamar Ozy dahulu, yang terletak di lantai dasar. Rio pun mengetuk pintu kamar Ozy, tapi tak ada jawaban.

“Ozy.. Jangan di kamar terus dong.” Teriak Rio yang berada di depan pintu kamar Ozy.
“Zy.. Jangan marah lagi, ya. Maafin gue.”
“Zy? Gue boleh usul ngga? Lo mending ke rumah Acha deh. Lo jelasin semuanya. Tentang perasaan lo ke dia. Sampein permintaan maaf gue juga ya, Zy.”

Masih tidak ada jawaban. Rio pikir, Ozy masih tidur. Padahal Ozy sudah bangun, tapi sedang tiduran di tempat tidur.

“Gue berangkat, Zy.” Rio keluar dari rumahnya dengan membawa kunci motor di tangannya.

Terdengar suara mesin motor dinyalakan. Samar-samar, suara itu menghilang dan terus menghilang hingga tak terdengar lagi. Sang pemilik motor kini telah pergi menuju ke tempat janjian. Sedangkan Ozy masih tiduran dikamarnya. Memikirkan Acha yang kini marah padanya, perasaannya pada Acha yang makin terpendam, dan Rio, kakaknya yang merasa bersalah.

‘Bener kata Ka Rio, gue harus jelasin semuanya ke Acha!’

Ozy lalu memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur menuju ke kamar mandi. Bersiap-siap menuju rumah Acha.


*****

‘Ify.. mana ya? Nah itu dia!’ Rio menghampiri Ify yang sedang duduk, sedaritadi hanya melirik kearah jam ditangannya.
“Hey, Fy. Maaf ya gue telat.” Rio duduk dihadapan Ify.
“Ngga, kok. Gue juga baru aja dateng.”
“Oh hehe yaudah pesen makanan dulu deh. Biar enak ngobrolnya. Habis ini, kita jalan ke tempat lain ya.”
“Kemana?”
“Lo maunya kemana?” Rio balik bertanya.
“Sebenenya sih gue mau cari novel, Yo. Hehe.”
“Boleehhh, sip habis ini ke toko buku ya.”

0 comments:

Posting Komentar

 

Arimbi's Story Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal