Minggu, 30 Mei 2010

It's our love story | Part 5

Posted by Arimbi's Story at 23.01

Keesokan harinya, saat istirahat di kantin sekolah

”Iel, lo tadi ngapain sama Bu Winda dikelas? Lama banget tau.” Kata Ray yang duduk disebelah Gabriel.

”Ngumpulin tugas lah, apalagi coba. Kemarin seharian gue buat.”

”Lagian lo males sih.”

”Udah deh yang penting gue ngumpulin juga kan.”

”Bentar deh, lo bilang kemaren seharian buat tugas. Berarti lo ngga latihan band dong.”

”Iya. Haha. Lo juga ya jangan-jangan.”

”Yoi. Sivia sakit, gue nemenin dia kemaren. Hari ini aja dia ngga masuk kan.”

”Berarti bentar lagi kita bakal kena marah sama Alvin yang kemaren dateng....” Omongan Iel terhenti ketika melihat Alvin menghampirinya.

”Ray, Iel! Kemaren lo pada kemana? Gue cuma berdua sama Ify tau!! Sadar ngga sih lo, besok kita udah lomba, tapi latihan aja masih males-malesan! Gimana mau menang coba!”

”Wew bener dugaan lo, Iel.” Ray dan Iel saling menatap

”Sabar, Vin. Hari ini kita latihan sampe malem deh.” Usul Iel.

”Yee, ngga bisa gitu juga dong. Kita juga harus banyak istirahat.” Ray menolak usul Iel.

”Yaudah liat nanti aja. Eh lo liat Rio ngga? Gue ada perlu nih sama dia.” Alvin celingukan mencari Rio.

”Paling lagi ngumpul sama Cakka dkk.” Ujar Iel.

”Males deh gue kalo gitu.” Alvin murung.

”Emang mau ngapain sama Rio?” Tanya Ray.

”Engga kok, ngga ada apa-apa. Cuma mau ngomong sesuatu aja.”

”Terus, terus gimana lo sama Acha?” Tanya Ray tiba-tiba.

”Ya, biasa aja. Dia baik banget sama gue.”

”Acha? Siapa tuh?” Tanya Iel.

”Anak kelas 8b yang ikut Math Club.”

”Bukannya Acha udah jadian sama Ozy ya?” Kata Iel.

”Ozy? Ozy adeknya Rio? Engga kok.” Ujar Alvin.

”Tapi mereka berduaan terus.”

”Gue ngga pernah liat mereka berduaan.” Kata Alvin polos.

”Sekali-kali lo ke kelasnya Acha dong. Mereka pasti lagi berduaan.”

”Ayo ke kelasnya Acha.” Alvin beranjak dari kursi dan menuju kelas Acha. Diikuti oleh Ray dan Iel.

Dan benar, Acha sedang berdua dengan Ozy. Alvin memperhatikan mereka dari pintu kelas 8b. Tak disangka, Acha menyadarinya dan menghampiri Alvin.

”Kaka! Ngapain disini?”

”Haah? Hemm engga kok tadi cuma lewat aja. Iya kan Ray, Iel?” Alvin gelagapan. Ray dan Iel mengangguk.

”Ohya Ka. Sukses ya besok lombanya. Acha dateng deh, Ka. Hari sabtu Acha ngga ada kegiatan.”

”Wah makasih banget, Cha.” Alvin tersenyum.

”Sama-sama, Ka.”

”Cha, gue ganggu ya. Lo lagi asik kayanya sama adeknya Rio.”

”Engga, kok. Cuma lagi ngobrol-ngobrol aja.”

”Lo deket banget ya sama Ozy. Padahal lo ngga terlalu suka sama Rio kan.”

”Ozy temenan sama Acha dari kelas 7. Yah, waktu itu emang Acha sempet kesel sama Ka Rio. Tapi pas kata Ozy, Ka Rio ngga kaya gitu orangnya. Mungkin lagi banyak pikiran aja.”

”Iya, Rio emang baik kok. Yaudah deh, Cha. Gue ke kelas ya. Zy! Gue duluan.” Teriak Alvin pada Ozy. Ozy mengacungkan jempolnya. Alvin, Ray, dan Iel meninggalkan kelas 8b.

”Mereka ngga jadian tau, Iel.” Kata Alvin.

”Kan itu menurut gue, Vin.”

”Ah biarin aja. Mau jadian, mau engga, toh bukan urusan kita. Atau jangan jangan, lo naksir Acha lagi.” Goda Ray.

”Gue? Naksir Acha? Engga kok. mendingan gue jadiin adek gue deh.” Alvin mengelak.

”Haha yaudah. Gue sama Iel ke kelas ya. Kasih tau Rio sama Ify kalau sepulang sekolah langsung latian band.”

”Yah, kok gue sih?”

”Kelas lo kan sebelahan sama kelasnya Cakka. Biasanya Rio ada dikelasnya Cakka. Udah sana, ntar keburu bel lagi.” Suruh Iel.

Dengan langkah malas, Alvin memasuki kelas 9c. Dilihatnya Rio sedang asik berbicara dengan Cakka, Kiki, dan Patton.

”Rio!” Panggil Alvin.

”Alvin? Ngapain lo kesini?” Rio heran.

”Cuma mau ngasih tau aja, nanti pulang sekolah langsung latihan band.” Alvin menjauh dari Rio, hendak keluar dari kelas 9c.

”Vin! Buru-buru amat. Sini dulu dong.” Cakka memanggil Alvin.

”Mau ngapain? Gue ngga mau temenan sama anak anak ngga baik.”

”Oooo kita ngga baik? Dan lo takut sama kita? Haha.” Ledek Patton.

”Whatever.” Kini Alvin benar-benar meninggalkan kelas 9c dan menuju ke kelasnya.

”Sok banget tuh anak.” Kata Kiki.

”Emang. Baru tau lo. Haha” Ujar Rio.

”Rio sayang, kamu dikelas aku toh daritadi. Aku nyariin kamu tauuu.” Shilla tiba-tiba masuk ke kelas dan menghampiri Rio.

”Mati gue, tuh anak pake acara nyamperin gue lagi. bantuin gue ngelak dong.” Rio bingung.

”Biar gimanapun, dia sayang sama lo. Udah deketin aja, dia kan cantik.” Komentar Kiki.

”Engga!” Rio menolak keras.

”Rio..” Panggil Shilla.

”Eh ada Shilla. Waduh, maaf ya, aku harus balik ke kelas sekarang. Bye Shilla, Cakka, Patton, Kiki.” Rio berlari menuju ke kelasnya. Cakka, Patton dan Kiki tertawa.

”Kenapa lo ketawa?” Shilla heran.

”Engga kok, engga.” Jawab Cakka.

Sepulang sekolah, di studio musik

”Asik pada dateng semua. Daripada kemaren, gue cuma berdua sama Alvin.” Ify memasuki studio musik.

”Wait, gue mau ke toilet dulu yaa. Nanti dulu latihannya.” Iel pergi ke toilet.

”Lah, gue baru dateng, Iel pergi.” Ify cemberut. Ray baru sadar kalau Iel pergi.

”Haah? Iel pergi? Yaudah kalo gitu gue ke kantin dulu ya, mau beli minum.” Ray menuju ke kantin.

”Gue balikin novel dulu deh ya, ke perpus. Baru inget.” Ify menagmbil sebuah novel dari dalam tas nya.

Hanya ada Alvin dan Rio di dalam studio. Mereka saling diam. Alvin ingat, dia harus memberitahukan rencana Shilla pada Rio. Dan ini saat yang tepat, meski kemungkinan besar omongannya tidak akan di dengarkan oleh Rio.

”Rio.”

”....” Rio tidak menjawab.

”Kemarin gue liat Shilla sama Zahra di restoran dekat sini. Gue denger Shilla ngomong, kalau dia mau nguji rasa sayang lo ke Shilla. Besok dia mau nahan lo, pura-pura sakit. Kalo lo rela ngga ikut lomba band demi dia, berarti lo sayang sama dia. Kalo lo ninggalin dia, berarti lo ngga sayang sama dia.”

”Terus?” Rio mulai berbicara.

”Karena Shilla cuma pura-pura sakit, lo jangan mau nemenin dia ya. Lo harus tetep ikut lomba band.”

”Sorry, tadi lo ngomong apa? Gue ngga denger. Lagi denger lagu pake handsfree.” Kata Rio ketus.

”Jadi daritadi lo ngga degerin gue?”

”Engga. Gue lagi konsen sama lagu yang gue denger.”

”Oh, yaudah.” Alvin murung. Benar, Rio sama sekali tidak mendengar perkataan Alvin.

Sementara itu di kantin

”Lho? Ray? Kok lo disini?” Tanya Iel yang baru memasuki kantin.

”Gue beli minum. Habis tadi lo ke toilet dulu. Yaudah gue ke kantin dulu.” Jawab Ray ringan. Tak lama, Ify juga datang ke kantin.

”Fy? Lo kok juga ikut-ikutan ke kesini?” Tanya Iel.

”Tadi habis ke perpus. Terus gue haus. Yaudah kesini dulu deh.”

”Oh, berarti Alvin cuma berdua sama Rio di studio.” Kata Ray asal.

”Iya cuma berdua.” Iel menyahut.

”Haaahh?! Alvin berdua sama Rio? Bisa perang dunia ketiga nih!” Ray baru nyadar dan sekarang sangat panik.

”Oh iya! Aduh! Yang lemot gue apa lo sih, Ray.” Iel memukul keningnya.

”Lo kali, gue sih pinter! Udah ayo cepet ke studio.” Ray berlari menuju studio.

”Heu, ngga gitu juga.” Iel mengikuti Ray berlari menuju studio. Ify yang masih di kantin heran melihat tingkah Iel dan Ray.

Balik ke studio musik

”Brakk” Suara pintu studio musik yang dibuka dengan terburu-buru.

”Alvin! Rio! tunggu jangan beran... tem” Nafas Ray tersenggal-senggal. Nada bicaranya yang tadinya panik berubah jadi biasa karena melihat Alvin dan Rio yang diam – diam saja.

”Alvin? Lo ngga apa-apa kan?” Iel yang baru datang panik.

”Kalau buka pintu pelan – pelan dong, Ray. Bikin kaget aja. Iyalah gue ngga apa-apa, Iel. Pada kenapa sih?” Alvin bingung.

”Heemm engga kok, tadi gue fikir..” Iel bingung mau mengelak apa.

”Iel fikir tadi ada gempa. Makanya kita cepet-cepet kesini, apalagi disini kan tertutup banget ruangannya.” Ray nyengir.

”Gue ngga ngerasaain apa-apa.” Kata Rio dingin.

”Berarti itu cuma perasaan lo aja, Iel. Bikin panik gue aja tau! Habis tadi lo heboh banget ngomongnya.” Ray menyalahkan Gabriel.

”Hehe maaf, ya, Ray, Alvin, Rio.” Kemudian Iel berbisik pada Ray. ”Heh, kenapa jadi gue yang disalahin sih? Malu-maluin gue aja.”

”Peace, Iel. Daripada mereka tau alasan kita lari-larian kesini kan.”

”Iya juga sih. Improvisasi lo bagus Ray.”

”Siapa dulu dong, Raynald Prasetya!” Ray bangga. Iel hanya mengangguk kecil. Alvin heran karena Iel dan Ray berbisik - bisik. Rio tak memperhatikan, Ia sedang asik dengan lagu yang Ia dengarkan.

”Ayo latihan!!” Ify yang baru datang berteriak, mengagetkan Iel dan Ray yang sedang berbisik.

”Ini lagi, bikin gue kaget.” Protes Ray.

”Masa?”

”Iya!!” Ray balik berteriak.

”Udahlah, ayo latihan. Inget, besok kita udah lomba. Ayo semangat!!” Iel juga ikut berteriak (kenapa jadi pada teriak-teriak gini??)

Mereka berlatih berulang-ulang hingga merasa sudah sangat baik. Lomba band diadakan besok, di Gedung Idola. Lomba dimulai pukul 10.00 pagi, tapi peserta diharap datang pukul 09.00. Ketika hari sudah mulai sore, mereka pulang kerumah masing-masing. Menunggu hari besar mereka di Gedung Idola.

*****

Rio sudah bersiap-siap menuju Gedung Idola. Sudah pukul 08.30. Ketika hendak berangkat, handphone nya berdering. Ada telepon dari Shilla. Dengan malas, Rio mengangkat telepon itu.

”Ya, Shill?”

”Rio.. huhu aku sakit.” terdengar isak tangis Shilla.

”Terus?”

”Aku butuh kamu.”

”Ngga bisa, Shill, aku mau lomba band.”

”Tapi aku butuh kamu!”

”Kan masih ada orang tua kamu. Kenapa harus aku?”

”Aku sendirian dirumah.. please, Yo. Kepala aku sakit banget..”

”Suruh Zahra kerumah kamu aja.”

”Dia lagi pergi.”

”Aku suruh Ozy kerumah kamu, ya.”

”Aku maunya Kaka nya, bukan adiknya.”

”Sama aja kan, aku sama Ozy.”

”Beda! Rio ayo dong, aku sakit.. aduhh.”

”Oke, aku kerumah kamu tapi bentar aja ya.”

”Yang penting dateng deh.”

Shilla tersenyum jahat. Ya, karena Ia hanya pura-pura sakit. Rio segera menuju rumah Shilla. Sementara teman-temannya sudah tiba di Gedung Idola.

Dirumah Shilla

”Rio. Makasih banget kamu udah dateng.”

”Ya, sama-sama. Udah kan, aku pulang ya.”

”Jangan, aku kesepian.” Shilla menahan Rio.

”Oke, tapi bentar aja ya.” Rio pasrah.

Sementara itu, di Gedung Idola

”Rio kok belum dateng sih.” Ujar Ify.

”Telat bangun kali.” Jawab Ray asal.

”Rio ngga pernah telat bangun kali.” Alvin membela.

”Yaudah, baru jam 09.00. mulainya jam 10.00 ini.” Kata Iel.

Rio masih berada di rumah Shilla. Berkali-kali ingin pergi, tapi ditahan Shilla. Sudah hampir jam 10.00. Alvin, Ray, Iel, dan Ify mulai panik. Alvin sudah mencoba menelepon Rio, tapi di reject karena saat ini Shilla sedang memegang handphone Rio.

”Gimana nih? Masalahnya urutan tampilnya di kocok.” Ify panik.

”Coba aja tanya Ozy. Tuh ada Ozy!” Iel menunjuk Ozy yang sedang berdua dengan Acha.

”Ozy!!!” Serentak mereka menteriakan nama Ozy. Ozy, diikuti Acha, menghampiri mereka.

”Iya, Ka?”

”Kaka lo mana?” Tanya Alvin.

”Udah berangkat. dari jam 08.30”

”Kok belum nyampe?” Ray heran.

”Ngga tau, Ka. 20 menit juga nyampe kok perjalanan kesini.”

”Parah nih.”

”Coba telepon aja, Ka.”

”Di reject terus.”

”Ka Rio kan ngga pernah nge-reject telepon..”

”Kalo bukan Rio berarti... Shilla!” Alvin teringat akan rencana Shilla.

”Kok Shilla?” Tanya Ify.

”Shilla punya rencana buat nahan Rio sekarang. Parah. Zy, coba deh lo telepon Shilla. Kalo gue yang telepon, ngga akan diangkat.” Suruh Alvin sambil memberikan nomor handphone Shilla.

”Oke, Ka.” Ozy menelepon Shilla. Tapi tidak diangkat. Tiba-tiba, terdengar host acara lomba band ini membuka acara.

”Gawat, udah mulai! Yaudah kita standby dulu deh, sambil nyoba telepon Rio atau Shilla.” Usul Ray.


to be continued...

0 comments on "It's our love story | Part 5"

Posting Komentar

Minggu, 30 Mei 2010

It's our love story | Part 5

Keesokan harinya, saat istirahat di kantin sekolah

”Iel, lo tadi ngapain sama Bu Winda dikelas? Lama banget tau.” Kata Ray yang duduk disebelah Gabriel.

”Ngumpulin tugas lah, apalagi coba. Kemarin seharian gue buat.”

”Lagian lo males sih.”

”Udah deh yang penting gue ngumpulin juga kan.”

”Bentar deh, lo bilang kemaren seharian buat tugas. Berarti lo ngga latihan band dong.”

”Iya. Haha. Lo juga ya jangan-jangan.”

”Yoi. Sivia sakit, gue nemenin dia kemaren. Hari ini aja dia ngga masuk kan.”

”Berarti bentar lagi kita bakal kena marah sama Alvin yang kemaren dateng....” Omongan Iel terhenti ketika melihat Alvin menghampirinya.

”Ray, Iel! Kemaren lo pada kemana? Gue cuma berdua sama Ify tau!! Sadar ngga sih lo, besok kita udah lomba, tapi latihan aja masih males-malesan! Gimana mau menang coba!”

”Wew bener dugaan lo, Iel.” Ray dan Iel saling menatap

”Sabar, Vin. Hari ini kita latihan sampe malem deh.” Usul Iel.

”Yee, ngga bisa gitu juga dong. Kita juga harus banyak istirahat.” Ray menolak usul Iel.

”Yaudah liat nanti aja. Eh lo liat Rio ngga? Gue ada perlu nih sama dia.” Alvin celingukan mencari Rio.

”Paling lagi ngumpul sama Cakka dkk.” Ujar Iel.

”Males deh gue kalo gitu.” Alvin murung.

”Emang mau ngapain sama Rio?” Tanya Ray.

”Engga kok, ngga ada apa-apa. Cuma mau ngomong sesuatu aja.”

”Terus, terus gimana lo sama Acha?” Tanya Ray tiba-tiba.

”Ya, biasa aja. Dia baik banget sama gue.”

”Acha? Siapa tuh?” Tanya Iel.

”Anak kelas 8b yang ikut Math Club.”

”Bukannya Acha udah jadian sama Ozy ya?” Kata Iel.

”Ozy? Ozy adeknya Rio? Engga kok.” Ujar Alvin.

”Tapi mereka berduaan terus.”

”Gue ngga pernah liat mereka berduaan.” Kata Alvin polos.

”Sekali-kali lo ke kelasnya Acha dong. Mereka pasti lagi berduaan.”

”Ayo ke kelasnya Acha.” Alvin beranjak dari kursi dan menuju kelas Acha. Diikuti oleh Ray dan Iel.

Dan benar, Acha sedang berdua dengan Ozy. Alvin memperhatikan mereka dari pintu kelas 8b. Tak disangka, Acha menyadarinya dan menghampiri Alvin.

”Kaka! Ngapain disini?”

”Haah? Hemm engga kok tadi cuma lewat aja. Iya kan Ray, Iel?” Alvin gelagapan. Ray dan Iel mengangguk.

”Ohya Ka. Sukses ya besok lombanya. Acha dateng deh, Ka. Hari sabtu Acha ngga ada kegiatan.”

”Wah makasih banget, Cha.” Alvin tersenyum.

”Sama-sama, Ka.”

”Cha, gue ganggu ya. Lo lagi asik kayanya sama adeknya Rio.”

”Engga, kok. Cuma lagi ngobrol-ngobrol aja.”

”Lo deket banget ya sama Ozy. Padahal lo ngga terlalu suka sama Rio kan.”

”Ozy temenan sama Acha dari kelas 7. Yah, waktu itu emang Acha sempet kesel sama Ka Rio. Tapi pas kata Ozy, Ka Rio ngga kaya gitu orangnya. Mungkin lagi banyak pikiran aja.”

”Iya, Rio emang baik kok. Yaudah deh, Cha. Gue ke kelas ya. Zy! Gue duluan.” Teriak Alvin pada Ozy. Ozy mengacungkan jempolnya. Alvin, Ray, dan Iel meninggalkan kelas 8b.

”Mereka ngga jadian tau, Iel.” Kata Alvin.

”Kan itu menurut gue, Vin.”

”Ah biarin aja. Mau jadian, mau engga, toh bukan urusan kita. Atau jangan jangan, lo naksir Acha lagi.” Goda Ray.

”Gue? Naksir Acha? Engga kok. mendingan gue jadiin adek gue deh.” Alvin mengelak.

”Haha yaudah. Gue sama Iel ke kelas ya. Kasih tau Rio sama Ify kalau sepulang sekolah langsung latian band.”

”Yah, kok gue sih?”

”Kelas lo kan sebelahan sama kelasnya Cakka. Biasanya Rio ada dikelasnya Cakka. Udah sana, ntar keburu bel lagi.” Suruh Iel.

Dengan langkah malas, Alvin memasuki kelas 9c. Dilihatnya Rio sedang asik berbicara dengan Cakka, Kiki, dan Patton.

”Rio!” Panggil Alvin.

”Alvin? Ngapain lo kesini?” Rio heran.

”Cuma mau ngasih tau aja, nanti pulang sekolah langsung latihan band.” Alvin menjauh dari Rio, hendak keluar dari kelas 9c.

”Vin! Buru-buru amat. Sini dulu dong.” Cakka memanggil Alvin.

”Mau ngapain? Gue ngga mau temenan sama anak anak ngga baik.”

”Oooo kita ngga baik? Dan lo takut sama kita? Haha.” Ledek Patton.

”Whatever.” Kini Alvin benar-benar meninggalkan kelas 9c dan menuju ke kelasnya.

”Sok banget tuh anak.” Kata Kiki.

”Emang. Baru tau lo. Haha” Ujar Rio.

”Rio sayang, kamu dikelas aku toh daritadi. Aku nyariin kamu tauuu.” Shilla tiba-tiba masuk ke kelas dan menghampiri Rio.

”Mati gue, tuh anak pake acara nyamperin gue lagi. bantuin gue ngelak dong.” Rio bingung.

”Biar gimanapun, dia sayang sama lo. Udah deketin aja, dia kan cantik.” Komentar Kiki.

”Engga!” Rio menolak keras.

”Rio..” Panggil Shilla.

”Eh ada Shilla. Waduh, maaf ya, aku harus balik ke kelas sekarang. Bye Shilla, Cakka, Patton, Kiki.” Rio berlari menuju ke kelasnya. Cakka, Patton dan Kiki tertawa.

”Kenapa lo ketawa?” Shilla heran.

”Engga kok, engga.” Jawab Cakka.

Sepulang sekolah, di studio musik

”Asik pada dateng semua. Daripada kemaren, gue cuma berdua sama Alvin.” Ify memasuki studio musik.

”Wait, gue mau ke toilet dulu yaa. Nanti dulu latihannya.” Iel pergi ke toilet.

”Lah, gue baru dateng, Iel pergi.” Ify cemberut. Ray baru sadar kalau Iel pergi.

”Haah? Iel pergi? Yaudah kalo gitu gue ke kantin dulu ya, mau beli minum.” Ray menuju ke kantin.

”Gue balikin novel dulu deh ya, ke perpus. Baru inget.” Ify menagmbil sebuah novel dari dalam tas nya.

Hanya ada Alvin dan Rio di dalam studio. Mereka saling diam. Alvin ingat, dia harus memberitahukan rencana Shilla pada Rio. Dan ini saat yang tepat, meski kemungkinan besar omongannya tidak akan di dengarkan oleh Rio.

”Rio.”

”....” Rio tidak menjawab.

”Kemarin gue liat Shilla sama Zahra di restoran dekat sini. Gue denger Shilla ngomong, kalau dia mau nguji rasa sayang lo ke Shilla. Besok dia mau nahan lo, pura-pura sakit. Kalo lo rela ngga ikut lomba band demi dia, berarti lo sayang sama dia. Kalo lo ninggalin dia, berarti lo ngga sayang sama dia.”

”Terus?” Rio mulai berbicara.

”Karena Shilla cuma pura-pura sakit, lo jangan mau nemenin dia ya. Lo harus tetep ikut lomba band.”

”Sorry, tadi lo ngomong apa? Gue ngga denger. Lagi denger lagu pake handsfree.” Kata Rio ketus.

”Jadi daritadi lo ngga degerin gue?”

”Engga. Gue lagi konsen sama lagu yang gue denger.”

”Oh, yaudah.” Alvin murung. Benar, Rio sama sekali tidak mendengar perkataan Alvin.

Sementara itu di kantin

”Lho? Ray? Kok lo disini?” Tanya Iel yang baru memasuki kantin.

”Gue beli minum. Habis tadi lo ke toilet dulu. Yaudah gue ke kantin dulu.” Jawab Ray ringan. Tak lama, Ify juga datang ke kantin.

”Fy? Lo kok juga ikut-ikutan ke kesini?” Tanya Iel.

”Tadi habis ke perpus. Terus gue haus. Yaudah kesini dulu deh.”

”Oh, berarti Alvin cuma berdua sama Rio di studio.” Kata Ray asal.

”Iya cuma berdua.” Iel menyahut.

”Haaahh?! Alvin berdua sama Rio? Bisa perang dunia ketiga nih!” Ray baru nyadar dan sekarang sangat panik.

”Oh iya! Aduh! Yang lemot gue apa lo sih, Ray.” Iel memukul keningnya.

”Lo kali, gue sih pinter! Udah ayo cepet ke studio.” Ray berlari menuju studio.

”Heu, ngga gitu juga.” Iel mengikuti Ray berlari menuju studio. Ify yang masih di kantin heran melihat tingkah Iel dan Ray.

Balik ke studio musik

”Brakk” Suara pintu studio musik yang dibuka dengan terburu-buru.

”Alvin! Rio! tunggu jangan beran... tem” Nafas Ray tersenggal-senggal. Nada bicaranya yang tadinya panik berubah jadi biasa karena melihat Alvin dan Rio yang diam – diam saja.

”Alvin? Lo ngga apa-apa kan?” Iel yang baru datang panik.

”Kalau buka pintu pelan – pelan dong, Ray. Bikin kaget aja. Iyalah gue ngga apa-apa, Iel. Pada kenapa sih?” Alvin bingung.

”Heemm engga kok, tadi gue fikir..” Iel bingung mau mengelak apa.

”Iel fikir tadi ada gempa. Makanya kita cepet-cepet kesini, apalagi disini kan tertutup banget ruangannya.” Ray nyengir.

”Gue ngga ngerasaain apa-apa.” Kata Rio dingin.

”Berarti itu cuma perasaan lo aja, Iel. Bikin panik gue aja tau! Habis tadi lo heboh banget ngomongnya.” Ray menyalahkan Gabriel.

”Hehe maaf, ya, Ray, Alvin, Rio.” Kemudian Iel berbisik pada Ray. ”Heh, kenapa jadi gue yang disalahin sih? Malu-maluin gue aja.”

”Peace, Iel. Daripada mereka tau alasan kita lari-larian kesini kan.”

”Iya juga sih. Improvisasi lo bagus Ray.”

”Siapa dulu dong, Raynald Prasetya!” Ray bangga. Iel hanya mengangguk kecil. Alvin heran karena Iel dan Ray berbisik - bisik. Rio tak memperhatikan, Ia sedang asik dengan lagu yang Ia dengarkan.

”Ayo latihan!!” Ify yang baru datang berteriak, mengagetkan Iel dan Ray yang sedang berbisik.

”Ini lagi, bikin gue kaget.” Protes Ray.

”Masa?”

”Iya!!” Ray balik berteriak.

”Udahlah, ayo latihan. Inget, besok kita udah lomba. Ayo semangat!!” Iel juga ikut berteriak (kenapa jadi pada teriak-teriak gini??)

Mereka berlatih berulang-ulang hingga merasa sudah sangat baik. Lomba band diadakan besok, di Gedung Idola. Lomba dimulai pukul 10.00 pagi, tapi peserta diharap datang pukul 09.00. Ketika hari sudah mulai sore, mereka pulang kerumah masing-masing. Menunggu hari besar mereka di Gedung Idola.

*****

Rio sudah bersiap-siap menuju Gedung Idola. Sudah pukul 08.30. Ketika hendak berangkat, handphone nya berdering. Ada telepon dari Shilla. Dengan malas, Rio mengangkat telepon itu.

”Ya, Shill?”

”Rio.. huhu aku sakit.” terdengar isak tangis Shilla.

”Terus?”

”Aku butuh kamu.”

”Ngga bisa, Shill, aku mau lomba band.”

”Tapi aku butuh kamu!”

”Kan masih ada orang tua kamu. Kenapa harus aku?”

”Aku sendirian dirumah.. please, Yo. Kepala aku sakit banget..”

”Suruh Zahra kerumah kamu aja.”

”Dia lagi pergi.”

”Aku suruh Ozy kerumah kamu, ya.”

”Aku maunya Kaka nya, bukan adiknya.”

”Sama aja kan, aku sama Ozy.”

”Beda! Rio ayo dong, aku sakit.. aduhh.”

”Oke, aku kerumah kamu tapi bentar aja ya.”

”Yang penting dateng deh.”

Shilla tersenyum jahat. Ya, karena Ia hanya pura-pura sakit. Rio segera menuju rumah Shilla. Sementara teman-temannya sudah tiba di Gedung Idola.

Dirumah Shilla

”Rio. Makasih banget kamu udah dateng.”

”Ya, sama-sama. Udah kan, aku pulang ya.”

”Jangan, aku kesepian.” Shilla menahan Rio.

”Oke, tapi bentar aja ya.” Rio pasrah.

Sementara itu, di Gedung Idola

”Rio kok belum dateng sih.” Ujar Ify.

”Telat bangun kali.” Jawab Ray asal.

”Rio ngga pernah telat bangun kali.” Alvin membela.

”Yaudah, baru jam 09.00. mulainya jam 10.00 ini.” Kata Iel.

Rio masih berada di rumah Shilla. Berkali-kali ingin pergi, tapi ditahan Shilla. Sudah hampir jam 10.00. Alvin, Ray, Iel, dan Ify mulai panik. Alvin sudah mencoba menelepon Rio, tapi di reject karena saat ini Shilla sedang memegang handphone Rio.

”Gimana nih? Masalahnya urutan tampilnya di kocok.” Ify panik.

”Coba aja tanya Ozy. Tuh ada Ozy!” Iel menunjuk Ozy yang sedang berdua dengan Acha.

”Ozy!!!” Serentak mereka menteriakan nama Ozy. Ozy, diikuti Acha, menghampiri mereka.

”Iya, Ka?”

”Kaka lo mana?” Tanya Alvin.

”Udah berangkat. dari jam 08.30”

”Kok belum nyampe?” Ray heran.

”Ngga tau, Ka. 20 menit juga nyampe kok perjalanan kesini.”

”Parah nih.”

”Coba telepon aja, Ka.”

”Di reject terus.”

”Ka Rio kan ngga pernah nge-reject telepon..”

”Kalo bukan Rio berarti... Shilla!” Alvin teringat akan rencana Shilla.

”Kok Shilla?” Tanya Ify.

”Shilla punya rencana buat nahan Rio sekarang. Parah. Zy, coba deh lo telepon Shilla. Kalo gue yang telepon, ngga akan diangkat.” Suruh Alvin sambil memberikan nomor handphone Shilla.

”Oke, Ka.” Ozy menelepon Shilla. Tapi tidak diangkat. Tiba-tiba, terdengar host acara lomba band ini membuka acara.

”Gawat, udah mulai! Yaudah kita standby dulu deh, sambil nyoba telepon Rio atau Shilla.” Usul Ray.


to be continued...

0 comments:

Posting Komentar

 

Arimbi's Story Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal